Kabupaten Aceh Besar dulunya merupakan pusat
Kerajaan Aceh Darussalam yang memiliki kawasan yang sangat luas yang beribukotakan Banda Aceh, maka Aceh Besar juga disebut dengan Aceh Rayeuk atau kawasan inti yang dijadikan sebagai pusat dari pemerintah Kerajaan Aceh. Pada tahun 1970 terjadi pemekaran wilayah, Banda Aceh menjadi kotamadya dan ibukota Aceh Besar berpintah ke Jantho yang berada di lembah gunung Seulawah. Aceh Besar dalam peradabannya banyak meninggalkan objek bersejarah yang kemudian menjadi situs wisata Sejarah dalam sejarah Aceh. Tidak hanya itu saja wisata
Aceh Besar juga memiliki objek-objek wisata lainnya yang telah menjadi tujuan pariwisata Aceh yang sangat populer, seperti wisata pantai dan wisata budaya. Wisata Aceh Besar terkenal dengan situs wisata sejarah, antara lain sebagai berikut:
Mercusuar William Toren
Menara mercusuar William Toren ini adalah sebuah peninggalan pemerintahan kolonial Belanda yang dibangun pada tahun 1875. Diberi nama William Toren sebagai penghormatan bagi raja Belanda, William III. Menara setinggi 40 meter ini dipancangkan di atas bukit di desa Ujung Puneu, pulau Breueh. Belanda membangun 3 menara identik di lokasi yang berbeda, yakni Pulau Aceh, Belanda dan Karibia. Saat ini tiga staff Departemen Perhubungan Laut Divisi Navigasi menjaga operasionalnya. Dari atas mercusuar ini kita dapat menyaksikan pulau-pulau yang dimiliki negara lain seperti misalnya pulau Benggala yang merupakan pulau karang yang berukuran 600 meter persegi. Pemerintah Indonesia dan India menjadikan pulau ini sebagai counting point untuk batas territorial.
Perpustakaan Kuno Tanoh Abee
Perpustakaan kuno Tanoh Abee terletak di Kecamatan Seulimum yaitu sekitar 45 Km dari Banda Aceh. Dalam perpustakaan ini berisi berbagai macam manuskrip yang telah berusia ratusan tahun, antara lain, kitap-kitap tentang fiqh, sejarah, dan budaya serta adat istiadat.
Benteng Indra Patra
Di pantai Ujong Batee, Gampong Ladong, kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar pernah berdiri kerajaan Hindu pertama di Aceh yaitu Kerajaan Lamuri pada masa pra Islam di Aceh sekitar abad ke 7 Masehi. Peninggalan Kerajaan ini yang masih kokoh berdiri meski telah dihantam tsunami adalah
benteng Indra Patra. Untuk menuju ke benteng ini harus menempuh perjalanan sekitar 19 km dari kota Banda Aceh melalui jalan ke Pelabuhan Laksamana Malahayati Aceh Besar atau ke Krueng Raya. Benteng ini dulunya dipakai untuk menahan gempuran pasukan perang Portugis dan musuh-musuh lainnya dari selat Malaka, juga digunakan untuk peribadatan umat hindu pada masa itu.
Benteng Indra Patra ini memiliki struktur pertahanan yang sangat kokoh, terlihat dari dinding benteng yang tebal serta tinggi dan beberapa lubang yang digunakan sebagai tempat mengintai serta memiliki tempat untuk meriam dan tempat penyimpanan senjata atau amunisi perang. Di dalam benteng juga didirikan kubah khas hindu yang dibawahnya terdapat sumur air bersih digunakan untuk keperluan peribadatan dan juga untuk keperluan sehari-hari. Maka tidak heran jika
Benteng Indra Patra, Peninggalan Kerajaan Hindu di Aceh ini juga digunakan pada masa Kerajaan Iskandar Muda sebagai benteng pertahanan dari gempuran Belanda dengan dipimpin oleh Laksamana Malahayati. Justru kemudian benteng ini terkenal dengan bentengnya Laksamana Malahayati, seorang panglima perang wanita yang sangat disegani di dunia. Simbol-simbol kehinduan tidak dihancurkan oleh Kerajaan Sultan Iskandar Muda (Kerajaan Aceh Darussalam) tapi tetap dibiarkan sebagai situs sejarah.
Namun, ternyata obyek wisata Benteng Indra Patra ini juga pernah digunakan oleh Sultan Iskandar Muda sebagai benteng pertahanan dengan dipimpin oleh Laksamana Malahayati yang merupakan laksamana wanita pertama di dunia yang sangat disegani. Benteng ini digunakan untuk menahan serangan meriam yang dilancarkan oleh bangsa Portugis yang ingin menduduki tanah Aceh. Dengan umurnya yang sangat tua dan juga nilai sejarah yang tinggi, maka obyek wisata Benteng Indra Patra ini sangat layak untuk dijadikan lokasi tujuan wisata sejarah anda selanjutnya.
Benteng ini pada beberapa waktu lalu sempat direnovasi dan menutupi lubang-lubang yang digunakan sebagai celah pengintaian atau celah untuk menembak musuh. Benteng Indra Patra, Peninggalan Kerajaan Hindu di Aceh ini tetap menjadi saksi bisu adat istiadat di Aceh dan heroisme perjuangan sang Srikandi Aceh Laksamana Malahayati. Selain dari benteng ini, bukti sejarah Kerajaan Lamuri masih gamang meski akhir-akhir ini beberapa nisan dari raja-rajanya telah ditemukan dipedalaman Aceh Besar.
Makam Laksamana Malahayati
Makam Laksamana Malahayati pemimpin pasukan Inong Balee ini terletak di perbukitan Desa Lamreh Krueng Raya, yang berjarak 33 km dari Banda Aceh.
Benteng Iskandar Muda
Benteng Iskandar Muda yaitu benteng Kerajaan Islam yang termasyur di dunia ini terletak di daerah Desa Beurandeh (Krueng Raya) Kecamatan Mesjid Raya yang berjarak 31 km dari Banda Aceh.
Rumah Cut Nyak Dhien
Rumah Cut Nyak Dhien Pahlawan Nasional wanita yang cukup tersohor ini terletak di Desa Lampisang yang berjarak 4 km dari Banda Aceh.
Wisata Aceh Besar terkenal dengan situs wisata sejarah ini telah menjadi situs sejarah Aceh dan telah mendapat perlindungan dari pemerintah Indonesia dan pemerintah Aceh sebagai cagar budaya dan aset
wisata Aceh. Masih banyak lagi situs-situs bersejarah yang berada di Aceh besar dan akan diungkapkan di artikel yang lain. Informasi ini bersumber pada situs resmi
pemkab Aceh Besar.